AKU INGIN HIDUP SELAMANYA

Sekar, sekar, sekar
sekar?
itukah kau? yah, yang mengeluarkan caya terang
menelanjangi retinaku yang terinjak injak anjing lalu
kau sekar? yah, ia senantiasa melantunkan sebait cinta cakrawala
menyumbat arus kata kata nirwana tersangkut di tenggorokanku
Apa kau sekar?

Dua puluh lima anak kecil kebanggaan kamung
main petak umpet waktu senja duduk
ia sembunyi dalam angan
walau ia tau, hormatnya sebanding ratu ratu agung
tetapi ratu menyatu dengan lumpur, lumur mensuci
harum semerbak kasturi



Sekar, zatmu tercium meski tertindih gunung
mengalir bagai sungai menenggelamkan serangga
tetap bersih, meakinkan penduduk untuk meneguk mentah mentah air sungai itu
Akankah aliran sungai menjumpa aku?
Tak ada daya aku menjanjikannya

Keringatmu masih bercucuran
bersama bau badan
membawa sari kulitmu seolah embun menetes lewat salju
dingin selimuti aku
menggigil bagai kaucing jatuh di danau

Aku semakin dingin
beku membius sungai merah tak mengalir
ialah darahku
membutuhkan hangat caya anak kecil itu
agar darahku kembali mengalir
Aku lemah, akan mati tanpa wangi sebuah zat
Tanpa lebut belaian
Tanpa ketenangan nafas
Tanpa tubuhmu sekar
Aku akan tiada !

Aku ingin hidup selamanya
di dalam malam dan hari.
Berharap pada awan perak,
merangkak di sinar bulan
suatu malam musim panas di surga
Antara bintang dan gelombang
di api unggun tua.
Menginjak injak detak jantung saya.
Sampai rusuk terlepas dari dadaku
terbang rusak tak ada harga
bukti satu jasad membusuk
Aku tiada sekar.

Tapi bara api berontak bengis ranggas ranggaskan kebun orang orang
mengamuk laksana harimau sekarat yang lepas taring taringnya
Tak ada kekuatan mempuni
yang ada kerinduan
rindu kau sekar.
mengemis lantunan sebait cinta sebagai pengantar tidur
yang keos
Tapi bila belum kudengar lantunan itu
ku kan ingin hidup selamanya
menunggu pelantun penghantar lelap tidur


dimsa arif, 18-03-2011